Cerita Bersambung, Cerbung (Belum ada judul) - Disuatu tempat di pinggir hutan belantara tinggalah sebuah keluarga kecil yang terdiri dari sepasang suami istri dan kedua anaknya yang masih kecil.
Sang ayah hanya sebagai pencari kayu bakar dihutan dengan hasil yang sangat kurang bila dibanding dengan kebutuhanya yang cukup banyak, terutama untuk sikecil yang masih banyak memerlukan biaya untuk memenuhi kebutuhan gizi demi pertumbuhanya.
Hal ini membuat sang ayah harus bekerja ekstra keras bahkan harus sering berpuasa, dan sang ibupun terpaksa harus mengencangkan kain ikat pinggangya (Benting bahasa jawanya).
Hal ini membuat sang ayah harus bekerja ekstra keras bahkan harus sering berpuasa, dan sang ibupun terpaksa harus mengencangkan kain ikat pinggangya (Benting bahasa jawanya).
Suatu hari menjelang petang sang suami pulang dari aktivitasnya (mencari kayu bakar dihutan) yang nantinya akan ditukar dengan bahan makanan dipasar terdekat.
Petang itu sang suami terlihat lesu tidak seperti hari-hari biasanya yang selalu “bersemangat 45” dengan langkah yang sedikit gontai sang suami yang seharian mencari bakar dihutan melangkah pulang.
Petang itu sang suami terlihat lesu tidak seperti hari-hari biasanya yang selalu “bersemangat 45” dengan langkah yang sedikit gontai sang suami yang seharian mencari bakar dihutan melangkah pulang.
Setibanya dirumah sang istri sudah menyambut didepan pintu dengan hangatnya serta kedua anaknya yang masih kecil-kecil dan lucu tentunya.
Seperti biasanya jika sang suami tercinta pulang dari hutan maka sang istri setianya selalu menyiapkan air “kendi” (tempat air minum dari tanah liat) dan sang suami pun berusaha untuk menenangkan dan menyegarkan dirinya dengan meminu air kendi tersebut.
Sambil menyeka sisa-sisa peluh yang mengering dikeningnya, sang suamipun bercerita mengenai lahan tempat mencari kayu bakar yang semakin sempit dan terbatas.
“Bu………..! sekarang mencari kayu bakar dihutan sudah semakin sulit, coba bayangkan hutan disebelah barat sudah dipasang plang oleh pemerintah dengan tulisan “dilarang mengambil kayu disekitar hutan ini” sedangkan disebelah selatan dipasang plang dengan tulisan “kawasan hutan lindung” dan sebelah timur malah sudah dijaga ketat oleh petugas. “satu satunya jalan ayah harus mencari kayu bakar disebelah utara Bu………!!!” tapi tempatnya terkenal angker dan banyak binatang buasnya.
Tapi demi anak kita ayah tetap akan mencarinya kesana, ayah tidak takut binatang buas kok Bu……!!. Sang istri pun berkata “Demi keluarga kita, anak kita ayah harus berbuat sesuatu agar tidak kelaparan……!”,Tentu Bu….!! Ayah akan berusaha sekuat tenaga demi keluarga kita.
Disuatu malam yang dingin, sepi hanya terdengar suara suara binatang malam sebagai teman tidur mereka sang ayahpun terbangun dari tidurnya dan kembali berpikir bagaimana caranya mencari kayu bakar dihutan yang terkenal angker dan banyak binatang buasnya itu.
Hingga menjelang pagi sang ayah terus memikirkan bagaimana cara untuk mencari "kayu bakar" di arah utara hutan tersebut sampai sang istri bangun dari tidurnya untuk menyiapkan bekal sang suaminya.
Saat itu pula sang ayah menyampaikan keputusanya pada istrinya kalau besok pagi ia akan berangkat kearah utara untuk mencari kayu bakar dihutan tersebut. Sang ayah hanya berpesan pada istrinya, jaga anak anak ya Bu…….!! Ayah pergi kurang lebih “SATU PEKAN”. “JANGAN MEMBUKAKAN PINTU JIKA BUKAN AYAH YANG MENGETUKYA DAN JANGAN MENERIMA TAMU SELAMA AYAH BELUM PULANG”, sang istripun menganggukan kepala sambil menitikan air matanya.
Saat itu pula sang ayah menyampaikan keputusanya pada istrinya kalau besok pagi ia akan berangkat kearah utara untuk mencari kayu bakar dihutan tersebut. Sang ayah hanya berpesan pada istrinya, jaga anak anak ya Bu…….!! Ayah pergi kurang lebih “SATU PEKAN”. “JANGAN MEMBUKAKAN PINTU JIKA BUKAN AYAH YANG MENGETUKYA DAN JANGAN MENERIMA TAMU SELAMA AYAH BELUM PULANG”, sang istripun menganggukan kepala sambil menitikan air matanya.
Pagi-pagi sekali suami istri itupun sudah menyiapkan peralatan yang akan dibawa oleh sang suami mencari kayu bakar dihutan. Sang suami menyiapkan golok, sabit, cangkul dan peralatan lainya sedangkan sang istri tercintanya menyiapkan bekal makanan selama 1 pekan.
Setelah semuanya beres sang suamipun berpamitan untuk segera pergi sebelum fajar. Sebelum melangkah pergi sang suami mengulanginya lagi pesan malam sebelumnya “JANGAN MEMBUKAKAN PINTU JIKA BUKAN AYAH YANG MENGETUKNYA” dan “JANGAN MENERIMA TAMU SELAMA AYAH BELUM PULANG” sambil memeluk sang suami maka sang istripun menangis untuk menghilangkan rasa cemasnya kemudian membiarkan sang suami melangkah meninggalkan rumah menuju utara untuk mencari kayu bakar “kehidupan”.
Hari terus berganti dan waktupun terus berlalu, selama ditinggal sang suami, sang istripun diselimuti rasa kesepian yang teramat sangat terutama pada malam hari (tentunya dingin dan kesepian akan pelukan seorang suami) rasa cemas dan was was akan keselamatan sang suami selalu menghantuinya.
Waktu terus berlalu, siang itu sang istri sedang melamun sambil menggendong anaknya yang paling kecil menunggu kedatangan sang suami dari hutan, tiba tiba dikejutkan oleh laki laki yang gagah, tampan dan terlihat kaya raya yang akan berburu kehutan. Laki laki itupun bertanya jalan menuju hutan yang banyak binatang buruanya, sang istripun menunjukan jari tanganya kearah utara hutan yang dimaksud.
Setelah laki laki itu pergi sang istripun menghayal sambil matanya menerawang jauh kedepan “Andaikata laki laki itu adalah suamiku tentunya kehidupanku tak seperti ini, aku tak mungkin sengsara dan anak anaku tak mungkin kelaparan” begitulah kira kira hayalan yang ada dalam benak sang istri saat itu.
Waktu terus berlalu, siang itu sang istri sedang melamun sambil menggendong anaknya yang paling kecil menunggu kedatangan sang suami dari hutan, tiba tiba dikejutkan oleh laki laki yang gagah, tampan dan terlihat kaya raya yang akan berburu kehutan. Laki laki itupun bertanya jalan menuju hutan yang banyak binatang buruanya, sang istripun menunjukan jari tanganya kearah utara hutan yang dimaksud.
Setelah laki laki itu pergi sang istripun menghayal sambil matanya menerawang jauh kedepan “Andaikata laki laki itu adalah suamiku tentunya kehidupanku tak seperti ini, aku tak mungkin sengsara dan anak anaku tak mungkin kelaparan” begitulah kira kira hayalan yang ada dalam benak sang istri saat itu.
Baca juga : Perjuangan seorang Ibu
Tak terasa hari sudah mulai gelap tapi belum ada tanda tanda kalau sang suami akan pulang petang itu, sang istripun mulai gelisah, cemas dan was was bercampur rasa kangen yang makin mendalam.
Rasa cemas dan was-wasnya semakin menjadi jadi ketika sang istri membuka tempat persediaan bahan makanan yang sudah hampir kosong.
Sang istripun hanya bisa menangis karena sikecil sudah mulai menanyakan ayahnya dan merengek rengek minta makan.
Saat sang istri sedang cemas, was was dan gundah karena sang suami belum juga pulang tiba tiba pintu rumahnya diketuk.
Saat sang istri sedang cemas, was was dan gundah karena sang suami belum juga pulang tiba tiba pintu rumahnya diketuk.
Tanpa ragu lagi maka sang istripun bergegas membukakan pintu rumahnya karena dikira sang suami pulang dari hutan sesuai janjinya, tetapi betapa terkejutnya sang istri ketika membuka pintu karena yang mengetuk ternyata laki laki yang siang tadi ditemuinya didepan rumahnya.
Dengan basa basi lelaki tersebut meminta maaf kalau dirinya dianggap mengganggu dan sang istripun memakluminya. Laki laki tersebut berkata “maaf nyonya aku kemalaman dari berburu dihutan, bolehkah aku meminta obor untuk melanjutkan perjalananku pulang?” sang istripun menjawab “kalau hanya obor kami selalu ada“.
Sebelum sang istri memberikan obor, laki laki itupun berbasa basi lagi dengan menanyakan keberadaan sang suami dan keadaan rumah yang terlihat sepi dari tadi siang. Laki laki itupun bertanya “suami nyonya kemana…., kok dari tadi aku nggak melihatnya?”.
Dengan wajah yang sendu sang istripun menceritakan kondisi rumah tangganya dan keberadaan sang suami yang sudah sepekan belum pulang dari mencari kayu bakar di hutan. Mendengar cerita itu laki laki itupun menjadi iba dan prihatin atas kondisi yang dialami sang istri tersebut.
Dengan penuh perhatian laki laki itupun menawarkan jasanya dan berjanji akan membantu mengatasi kesulitanya dengan syarat sang istri mau meninggalkan suami tercintanya dan ikut bersamanya.
Laki laki itu berjanji bahwa akan membahagiakanya dengan harta yang dimilikinya. Sang istripun belum bisa menjawab, dalam hatinya berkecamuk berbagai perasaan bercampur menjadi satu antara kesetiaan pada sang suami, kelaparan yang mengancam anak dan dirinya serta bayangan kebahagiaan yang dijanjikan oleh laki laki didepanya …………………………………. (bersambung)
Cerbung belum ada judul ini ditulis sekitar tahun 2005, sampai sekarang belum ada lanjutanya...
1 comment